Kamu yang ke:

Sabtu, 23 Maret 2013

Karyawan VS Wiraswasta

untuk memulai menulis postingan ini awak bingung harus membuat kalimat pembuka seperti apa. awak gak jago-jago kali buat kalimat pembukaan yang menarik, tapi yang jelas sebelum memulainya awak sapalah dulu kawan-kawan yang meluangkan waktu untuk membaca postingan ini.
"haloooooooo :))"

sebenarnya postingan ini uda lama banget mau awak tulis tapi berhubung gak sempat dan belum mendalami betul jadi baru sekarang lah awak publis..

awak uda mulai kerja sebagai karyawan swasta selama hampir 2 bulan di suatu perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran ekspor-impor *bukan cakap sombong awak yaaa*
ketika awak ceritakan tentang pekerjaan ku sekarang ini sama kawan-kawan kuliah dan sekolah ku, respon mereka hampir sama, yaitu:
"issss, hebat kali kerjaan kau puek, udah mantap kali lah itu. bidang ekspor-impor ah, pelajarannya Pak Coy itu kan"

(read: Pak Coy itu Dosen di kampus aku yang ngajar mata kuliah Ekspor-Impor)

"wah, pekerjaan mu keren putt.. besarlah gaji mu ya?"

sejenis itu lah respon-respon mereka. tapi mereka gak tau yang aku alami di dalam perusahaan itu (yaiyalaaaaah)

Belum genap 2 bulan awak kerja tapi rasanya itu "lebih enak jadi wiraswasta dari pada karyawan"
kenapa?
karna selama aku kerja disini, aku ngerasa seperti gak ada harga dirinya. aku merasa aku ini orang yang bodoh kali. serius!
jujur, awalnya aku benar-benar buta kali mengenai pekerjaan dibidang pelayaran ini, dan selama aku ditraining, aku gak ada melakukan pekerjaan apapun selain melihat-melihat apa yang dikerjakan karyawan disini dan memfotokopi arsip, seolah-olah aku dibuat jadi mahasiswi yang lagi melakukan Praktik Kerja Lapangan.
nah, ketika aku sudah mulai mengerjakan semua pekerjaan ini sendiri, mulai lah awak ngeblank tentang kerjaan ini. mulai deh terjadi hal-hal yang tidak mengenakan hati. mulai deh terjadi kesalahan-kesalahan. seperti kejadiaan beberapa hari yang lalu:

kesalahan awak mengenai laporan isotank



karna awak sadar diri, jadi minta maaf itu perlu

sebenarnya itu pekerjaannya karyawan disini sebulan yang lalu, ketika karyawan itu belum resign. nah, karna berhubung tuh karyawan udah resign jadilah awak yang kena tumbalnya (-_______-")
Di tempat aku kerja ini merupakan cabang di Medan sementara kantor pusatnya di Jakarta. Karyawannya di cabang Medan hanya ada 4 orang. 3 Laki-laki dan 1 Perempuan (awak sendiri). 2 Laki-laki kerja dikantor (tapi sering kali ke Belawan juga) dan yang 1 lagi bertugas di Belawan yang memantau kapal dan container yang mau digunakan. Jadi, lengkaplah "penderitaan"  kesendirian ini. kalo pekerjaan lagi kosong gak tau deh harus berbuat apa selain online.



tapi kalo terjadi kesalahan dalam pakerjaan, seperti kejadiaan tadi, respon kacabnya ya seperti ini:

Sandynya yg di Singapur ngerti, nih Kacab awak sendiri gak ngerti keadaannya :(((
awak bingung dengan sikap kepemimpinan orang-orang di negara kita ini, Indonesia tanah air beta. Pemimpin di negara kita ini penuh dengan sikap negatif, seperti tempramen, egois, dan tidak ada rasa pengertiannya terhadap bawahan mereka. mereka maunya di mengerti, mereka maunya apa yang diinginkan harus dilaksanakan.

yaa, mirip-mirip kayak gini lah sikap pemimpin sekarang

dan yang lebih parah lagi nih, yang lagi tren di Indonesia, yaitu sistem Outsourching (sistem alih daya) yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Yang aku tau tentang Outsourching yaitu sistem kerja yang dimana karyawannya tidak memiliki status yang jelas dan gaji pun gak sesuai dengan pekerjaan. Yaa, bahasa mudahnya, karyawan seolah-olah digantung statusnya sama perusahaan. Jadi, pemimpin perusahaan bisa seenaknya saja mengeluarkan karyawan tersebut, seenaknya aja mau ngasi gaji karyawan itu. Ini nih yang sering menjadi alasan kenapa buruh-buruh di negara kita berdemo minta sistem Outsourching dihapuskan, minta kenaikan gaji, sambil menyanyikan lagu Melly Goeslaw-Gantung :n:

Maka, gak usah aneh deh liat mereka-mereka yang pintar jadi pergi ke luar negri untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang dan pendidikan mereka. Ya mungkin saja mereka merasa gak nyaman atau kurang dihargai jika mereka bekerja di negara kita ini. Mungkin sajaaaaaahhhh....
takut dibilang gak cinta tanah air Indonesia???
ya mau bilang apa, sesama rakyat Indonesia aja udah tidak menghargai.

naaah, kalo dlihat dari keadaan ini, gak aneh deh kalo banyak orang yang memilih untuk berwiraswasta.
selain kerja yang tidak terlalu dikerjar deadline, kerjanya pun lebih menyenangkan. awak pengen jadi wiraswasta, tapi modalnya belum ada. huhuhu :i:

kembali ke pekerjaan awak, kalo dibandingkan sama pekerjaan teman-teman awak yang lain, awak termasuk lumayan lah, lumayan di bagian waktunya dan statusnya aja. ada tuh, teman awak yang seharusnya jam kerjanya dari tengah sembilan pagi sampe 5 sore, eh malah ngaret jadinya sampe jam 7 malam, padahal masih training.. kalo awak tanya
"itu termasuk lembur ya? dibayar gak?"
jawabannya simple:
"gak tau nangg, ya namanya juga bukan perusahaan bapak awak nih"
kalo dipikir-pikir ya emang betul, itu bukan perusahaan orang tua kita. jadi, jalani aja lah dulu...
ya hitung-hitung nyari modal untuk buka usaha dan untuk melanjutkan kuliah ke S1.
S1? iya S1, awak masih D3 meeeennnnnn, cita-cita awak yang pengen jadi Sarjana Hukum tak tercapai :i: 
baik, ini sudah melewati batas. ntar malah galau karna cita-cita itu gagal.

yasudahlah, sekarang semua itu tergantung dari diri kita sendiri dan perusahaannya. ada karyawan yang sudah merasa nyaman bekerja di suatu perusahaannya, ya karna mendapatkan banyak relasi, gaji besar, sikap pemimpinnya bagus atau malah karna pengen mencari 'tulang rusuk disitu. kita tidak tau itu.
dan ada juga yang sudah merasa nyaman dengan hidup sebagai wiraswasta tanpa deadline dan tanpa tekanan.
rejeki dan masa depan kita udah ditentukan Tuhan, jadi kita tidak perlu khawatir. kitanya cuma perlu menjalankannya dengan ikhlas, ya dengan ikhlassssssssss *elus-elus dada*

sekian postingan ini. salam hangat terpampang nyata untuk kawan-kawan semuanya :h:

byeee :l:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar